kelelawar

About Me

Powered By Blogger

Home

my_blog

Diberdayakan oleh Blogger.

Musik

CCode

Pengunjung

Blog Archive

teks berjalan

Selamat Datang & Terima Kasih Telah Mampir Di Sini
Rabu, 05 September 2012
Kondom protes pada pembalut wanita: 
Ketika lu lagi dipake, penjualan gue anjlok selama 7 hari”
Jawab Softex : “Ah baru 7 hari, kalo lu bocor sekali aja, penjualan gue mandeg 9 bulan, tau!
==============================================================
 Perselingkuhan terjadi bukan karena adanya niat pelaku, tapi terjadi karena tandanya kita masih LAKU..
"Waspadalah..!! Waspadalah..!!
==============================================================
Kalo ketemu cewe pake baju mini itu bikin dilematis. Kalo kita ngeliatin disangka kurang ajar. Tapi kalo kita buang muka disangka Homo.
==============================================================
INGAT!! ROKOK ITU TIDAK BERBAHAYA BAGI KESEHATAN selama TIDAK ADA KOREKNYA
==============================================================
Yank, walaupun tua nanti kau seperti mak nori, tapi bagiku kau tetap seperti ashanty :p
*alumni raja gembel taon 45
==============================================================
Punya pacar Cantik itu susah..... Susah di jelek jelekinnya klo udah putus
==============================================================
Dikarenakan harga BBM  mau Naik Ratusan Supir Angkot beralih profesi menjadi BoyBand
==============================================================
Wanita diuji Imannya wktu Pria tidak punya apa2 sdgkan Pria diuji imannya wktu wanita tidak pakai Apa2
==============================================================
Kalo ada sumur diladang blh kita menumpang Mandi, Aku rela jd Sumur diladang kalo 
si Neng yg numpang mandi 
==============================================================
Terjun ke Dunia tarik suara kini Aziz Gagap mengganti namanya menjadi Aziz Gaga
==============================================================
Pacaran : Yank Diner Yuk ^_^
Pacaran jarak jauh : Yank !! Chattingan Yuk :)
Jomblo : Yank Maha Kuasa Apa Dosa Hamba mu ini. :((
==============================================================
Yang lain sibuk demo di depan kantor pemerintahan, aku demonya di depan Tuhan. 
"turunkan jodohku, Tuhan!"
*doa Jombloo
==============================================================
Yang membuat cewek tidak kelihatan cantiknya adalah saat dia upload foto bareng 
pacarnya, , , segimanapun cantiknya ttp aja jd jelek !
==============================================================
Kalo pacar kamu komplain muluu.. suruh pacaran sama kotak saran aja dia nya. :P
==============================================================
Semakin banyak belajar, semakin banyak yang kita tahu. Semakin banyak yang kita tahu, 
semakin banyak yang kita lupa. Semakin banyak yang kita lupa, semakin sedikit yang 
kita tahu. Jadi kenapa kita sibuk belajar? :p
==============================================================
»»  
Minggu, 19 Agustus 2012

Hari yang fitri pun kini hadir. Kini, malam bertakbir lantang di seluruh penjuru Indonesia. Khususnya di yogjakarta. Bertakbir pula diri Furkon penuh derai air mata penyesalan akan kesalahan, perpisahan dengan bulan Ramadan, sekaligus penyambutan hari kemenangan.

“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd.”

Furkon adalah orang yang soleh. Tapi ia adalah manusia yang tak lepas dari dosa. Ia khusyu bertakbir, sesekali ia dalam bayangan sebulan yang lalu. Tapi dengan sungguh-sungguh, ia berusaha melupakan sejenak demi menikmati manisnya bertakbir.

Satu jam sudah ia melantunkan takbir. Jam terlihat pukul delapan. Selesai bertakbir, ia rebahkan badan sejenak sekedar menghilangkan kelelahan. Nafsu pun seakan menagih janji pada Furkon untuk membayangkan kembali kisah sebulan yang lalu bersama tunangannya. Ia pun menuruti dengan hati penuh luka, penuh penyesalan.

Pikiran melayang, membayang pada calon kekasih. Kini, pertunangan dalam murka calon mertua. “Pantas lah mereka murka. Aku begitu menghina mereka dan tunanganku” gumam Furkon.

Kejadian itu seharusnya tidak perlu Furkon alami.

***

“Ibu dan Ayah pada kemana, Nad? Ini kan hari Minggu.”

“Pergi kondangan di acara pernikahan.”

“Kamu sendirian?”

“Jelasnya begitu. Mas, kan tahu, aku anak tunggal.

“Aku tahu. Tapi maksud aku… jika Nadia sendirian, lebih baik kita di luar saja. menghindari fitnah.

“Aku percaya sama keimanan, Mas. Tentunya kita harus di luar.”

“Walau pun sudah tunangan?”

“Apa bedanya Mas, masih pacaran atau sudah tunangan? Dalam Islam keduanya sama, masih belum halal.”

Furkon dan Nadia pun duduk di halaman depan rumah.

“Tentunya. Oh ya, Nad. Betapa buruk pergaulan remaja sekarang. Tahu tidak, menurut hasil penelitian, menghabarkan bahawa 80% siswi setingkat SMA sudah tidak perawan lagi.

“Masya Allah, yang benar Mas?”

Ya. Tapi Aku tidak tahu benar apa tidak. Tapi intinya, perzinahan sudah merajalela. Nafsu zina kini bergentayangan mendekati para pelajar, mahasiswa, maupun yang bersetatus suami istri.

“Makanya, aku tidak mau pacaran. Aku hawatir berzina.”

“Nadia salah satu pelajar yang beruntung, diantara pelajar yang sudah melakukan pacaran. Jika Nadia sudah selesai semester 1, aku mau melamarmu.”

“Benarkah? Berarti kelas tiga semester 2 aku sudah menjadi istri?”

“Ya, aku pun bertambah umur menjadi 26?”

“Dan aku masih tetap 18 tahun.”

“Nadia diam sembari tersenyum-senyum. Entah apa yang ada dipikiran Nadia. Membayang kehalalan berhubungan atau membayang kemeriahan acara pernikahan.

“Aduh, aduh, sakit,” Nadia merintih.

“Apanya yang sakit?”

“Perutnya Mas, keram. Aku lagi datang bulan.”

“Oh, datang bulan. Itu sudah biasa dialami cewe.”

Furkon diam dan Nadia masih menahan otot keramnya. Furkon berusaha tidak memandang Nadia yang sedang mengelus-elus perutnya. Tapi walau mata tak memandang, imajinasi-imajinasi kotor terlintas dalam pikiran dan menggodanya. Furkon berusaha menepik semua pikiran hina itu. Pemandangan indah halaman rumah, dilengkapi tanaman hias cukup menenangkan pikiran.

“Nadia, sudah mengerti belum pelajaran haid?”

“Lumayan mengerti”. Tapi dibandingkan dengan teman-temanaku, aku yang mengerti. Tiap kali temenku datang bulan dan ada masalah haid yang tidak di mengerti, mereka bertanya sama aku. Tapi jika tidak bisa, aku serahkan sama Nyai Fatimah, guru mengaji Nadia”.

“Aduh, calonku sudah mulai menyaingi Nyai Fatimah ya?”

“Ih, ih, ada-ada saja. masa aku menyaingi Nyai Fatimah. Oh ya Mas. Suami itu perlu tahu juga walau ia tidak haid. barangkali istri tidak mengerti tentang itu. Suami harus tanggung jawab. Oh ya, aku tes Mas ya? Harus mau, hmm.. Awas kalau gak bisa, Nadia jewer, hehe…”

“Iya, Silahkan.” Furkon menyetujui dengan pasrah. Demi memenuhi sikap manja Nadia.

“Kalau, darah.”

“Aduh,” rintih Furkon memotong pembicaraaan.

“Kenapa Mas?”

“Giliran aku. Tapi ini mules. Ingin buang air besar. Aku, aku bagaimana ya? Di sini saja ya?

“Ya sudah di sini saja. Masa di rumah tetangga. Bikin malu aku aja.”

Tanpa banyak omong, tanpa ragu Firman masuk. Dia pun sudah mengetahui di mana letak kamar mandi tersebut. Jalan lurus melewati kamar Nadia, lalu belok ke kanan menuju kamar mandi. Tidak menunggu lama, Firman segera masuk ke kamar mandi. Lalu dengan kelegaan dalam persiapan, ia mulai dalam mengeluarkan kotoran.

***


Sedangkan di luar, Nadia menunggu Firman. Tak betah menunggu dalam kesendirian. Ia pun masuk rumah. Ia langkahkan kaki menuju kamarnya. Nadia masuk ke kamar. Lalu, dalam kamar, ada sesuatu yang perlu ia bereskan keadaan dirinya yang sedang dalam haid.

Setelah Furkon selesai ke kamar mandi. Lalu ia pun menuju keluar. Lalu tak sepengetahun Forkon, Nadia pun keluar dari kamarnya. Dan rupanya Nadia berniat menuju kamar mandi. Mungkin ingin mengganti pembalut. Dan,

Auh!! Nadia kaget dan sedikit mau jatuh.

Lukman pun dalam keadaan yang sama, kaget.

Mereka saling berbenturan badan. Dan tangan Furkon menahan Nadia yang hampir jatuh sampai ke dua wajah itu hampir bersentuhan. Furkon terpikat dengan wajah ayu dan manis Nadia. Furkon dan Nadia pun antara sadar dan tak sadar. Mereka hanya menikmati benturan cinta yang telah terjadi. Mereka melakukan hal yang mendekati zina. Sempat Nadia menolak, tapi hanya pencegahan yang lemah. Awalnya cuma bersentuhan. Tapi apa daya nafsu berbalut cinta sudah mendapat kesempatan. Nafsu pun memainkan perannya sampai melumpuhkan kuatnya keimanan. Mereka masuk ke kamar Nadia.

Tanpa ia sadari. Sepuluh menit kemudian orang tua hadir. Tapi kehadiran orangtua tidak di dengar mereka yang sedang asik dalam hina. Orang tua Nadia pun masuk. Dan setelah itu pintu Nadia diketuk, karena ada suara yang mencurigakan.

“Allah! Allah! masya Allaaaah, masya Allah,” ibu terkejut bukan main. Ibu hanya mampu mengucapkan kalimat Allah.

“Nadia! Forkon!, Manusia munafik! Penampilan saja kau soleh,” kata ayahnya Nadia sembari mendekat lalu di tamparnya wajah Furkon.

“Kau kurang ajar! Anakku kau hina dengan perbuatanmu yang ternyata kotor. Hatimu busuk! Keluar kamu, cepetan!

***

”Astaghfirullah! Astaghfirullah! Astaghfirullah! Kenapa aku larut dalam lamunan. Masya Allah, masya Alaah, ini malam hari raya. Aku berjanji pada diriku, ingin meminta maaf pada Nadia dan keluarganya malam ini juga. Aku harus! Harus! Aku tak peduli mereka masih marah apa tidak. Ya Allah, ampuni hamba,” gumam Furkon penuh jiwa perjuangan pengharapan maaf.

Tak menunggu lama, Furkon meniki sepeda motornya. Segera ia jalankan. Dan akhirnya motor melaju dengan penuh semangat. Ia menghampiri daerah Kendal, tempat tunangannya tinggal. Suasana Kendal pun sudah dirasakan olehnya. Air mata siap menyambut dihadapan calon mertua.

Pemandangan rumah sudah terlihat. Suasana masih sepi dari para tamu. Jam setengah sembilan ia mengetukkan pintu. Tak lama pintu dibuka. Ia disambut wajah cantik, manis Nadia. Tapi sambutan itu tak semanis wajah Nadia.

“Maafkan aku Nadia.”

Tanpa sepatah kata dari Nadia, ia pun kembali masuk.

Tanpa Furkon ketahui. Ayahnya yang hadir.

“Andai ini bukan di suasana Ramadan, dan hari raya, aku tampar kamu yang kedua kali. Mau apa kamu ke sini!”

Seketika Furkon pingsan. Dia tidak kuat menahan bayang-bayang dosa yang dahulu, tidak kuat menghadapi murka calon mertua, tidak kuat terputus pertunangannya dengan wanita yang ia cintai.

***

“Ya Allah. Ada di mana?” Kata Furkon sembari menatap kesana-kemari mengenalkan suasana.

“Masya Allah, Mas. Mas pingsan tadi, hik, hik, hik,” Nadia menjelaskan sembari tangis tersedu-sedu.

Furkon teringat, kalau kedatangan kesini untuk meminta maaf. Furkon menatap Pak Latif, Ayah Nadia. Seketika, ia langsung memohon ampun dengan posisi tubuh seperti sujud.

“Maafkan aku Pak, silahkan Bapak memutuskan pertunangan. Aku rela, aku rela. Silahkan Bapak merajamku seperti kasus orang yang berzina. Silahkan! Tapi maafka aku, Pak! Aku benar-benar menyesal,” kata Furkon sembari mencium kaki Pak Latif.

“Maafkan aku, Bu” kata Furkon pada ibu dengan menegakkan badannya.

Ibu Halimah, ibunya Nadia hanya menangis. Entah karena merasa kasihan atau karena hati sakit masih terasa padanya. Begitu pula Nadia. Ia menangis sembari meninta ampun pada kedua orang tuanya. Tak kuat melihat kesungguhan Furkon meminta maaf, Nadia pun masuk ke kamarnya.

“Aku sebernarnya masih sakit hati. Tapi apa daya, ini bulan penuh ampunan. Apalagi besok lebaran. Nadia sudah menceritakan semuanya…Yah, Terkadang kesolehan begitu lemah bila nafsu sudah diberi hidangan yang manis dan indah dunia.”

Sungguh aku tidak melakukan zina, Pak! Sungguh. Aku pun masih sempat sadar. Tapi tidak apa-apa bila aku dianggap zina! Aku pantas, Pak!”

“Sudah, sudah. Bapak dan Ibu mau memaafkan. Dengan satu syarat dan harus dipenuhi.

“Baik, Pak!”

Nikahi Nadia sehabis lebaran tanpa menunggu berbulan-bulan. Kalian sudah saling cinta. Dan kami pun sudah merasa cocok.

“Baik, Pak, Bu. Aku akan memenuhi. Terima kasih banyak, Ya Allah!

“Nadia, Nadia. Kemari, Nak.”

“Iya Bu,” sahut Nadia.

Nadia pun keluar dari kamarnya. Matanya terlihat sedikit lebam.

Ada apa, Bu? tanya Nadia.

“Sini duduk. Dan juga Furkon, duduk kembali di kursi,” Ibu Halimah memerintah.

“Nadia, Furkon, nanti kalian akan kami nikahkan sesudah lebaran usai. Itu sebagai syarat untuk mendapatkan maaf Ayah dan Ibu.”

“Yang bener, Pak? Itu mah syarat yang manis Pak. Mas Furkon pasti memenuhinya,hihihi.”

Furkon dan Nadia pun saling berhadapan dan mereka tunjukkan senyum manisnya.

***
»»  
Jumat, 17 Agustus 2012
"Hai sob" Sapa Reihan sambil mengangkat tangannya. Ber'Tos ria kearah Aldy, sahabatnya yang baru di lihat wujudnya lima detik yang lalu.
"Hai" Balas Aldi. .
"Kenapa loe?. Kok kayaknya nggak semangat gitu?" tanya Reihan heran. .
"Ngantuk?". .
"Astaga...." Komentar Reihan tak percaya sambil melirik jam yang melingkar di tangannya. Pukul Tujuh lewat lima menit. .
"Tadi malam gue baru tidur jam 3 pagi" terang Aldy saat mendapati kening reihan yang berkerut heran. .
"Ngapain aja loe"..
"Keasikan chatingan sama si beiby"..
"Sampe jam tiga?" .
"Sebenernya cuma sampe jam satu si. Soalnya dia udah ngantuk. Katanya dia juga harus sekolah. Tapi abis itu gue malah asik online yang lainnya. Nggak sadar eh udah pagi"..
Riahan tidak membalas sebaliknya hanya mengeleng - gelengkan kepalalanya. .
"sssstt.... Saingan loe tu" Kata Reihan. Aldy langsung menoleh. Mengalihkan pandangan ke arah makhluk yang Reihan maksut. .
"Anya?" tanya Aldy memastikan. Reihan hanya mengangguk. .
"Gue akui dia emang pinter si. Tapi udah jadi rahasia umum kali kalau tu anak sedikit bermasalah"..
"Maksut loe?". .
Bruk.... .
Sebelum Aldy sempat menjawab, perhatiannya segera teralihkan kearah Anya yang tampak sedang berjongkok menumpulkan buku - bukunya yang berserakan. Untuk sejenak Aldy dan Rihan saling berpandangan. Kemudian... .
"Wuakakakakaka......" Suara tawa keduanya langsung membahana. .
Walau sekilas Aldy sempat menyadari Anya yang meliriknya tajam tapi kembali melanjutkan aktifitasnya mengumpulkan buku - buku yang yang berserakan karena tadi ia sempat terpeleset jatuh. .
"Loe liat sendiri kan?. Dia itu punya masalah. Masalah dalam keseimbangan tubuh. Masa bisa jatuh saat berjalan di atas permukaan rata" terang Aldy sambil berusaha menahan tawanya. .
Reihan hanya mangut - mangut membenarkan. Tak urung ia juga merasa heran bagaimana bisa cewek ajaib seperti itu menjadi saingan sahabatnya dalam hal juara kelas. Secara sejak kelas satu sampei sekarang menginjak tahun ajaran akhir di kelas tiga kalau bukan Anya yang menduduki rangking satu dan Aldy rangking dua maka Aldy lah yang rangking satu dan anya yang rangking dua. Nggak heran kalau keduannya tidak pernah terlihat akur. .
Tanpa banyak kata lagi keduanya segera menuju ke kelas karena beberapa detik yang lalu telah terdengar bel yang berbunyi. 

She Is My Beiby?!. OMG!!!.

"Sebenarnya bapak sudah menyiapkan contoh ekperimen untuk materi yang telah kita bahas kemaren. Tapi sayangnya ternyata tugas itu ketinggalan di rumah" Kata pak jojo begitu duduk di bangkunya. Padahal belum lebih sepuluh menit lho, masa sudah langsung tugas yang di bicarakannya. Siapa yang nggak seneng mendengar keluahannya tentang ketinggalan ‘senjata mematikannya’ itu. 
"Nah karena itu bapak mau kamu Aldy menejemputnya. Karena bapak tau kamu pake motor jadi mustahil bisa membawanya sendiri kamu bisa mengajak Anya untuk menemani?" 
"HA?!". 
Kopak, mulut seisi kelas pada mangap. 
"Kenapa saya pak?" Anya mendahului bertanya sebelum Aldi sempat memprotes. 
"Karena saya tau kalian berdua pinter jadi tidak perlu mendengar ulang penjelasan saya seperti siswa yang lainnya".
Untuk sejenak aldi mengangguk - angguk sambil tersenyum bangga. Dalam kalimat tadi bisa diartikan pujian kan?. 
"Tapi kenapa harus sama dia pak?" Senyuman di wajah aldi langsung menghilang Karena telunjuk Anya yang mengarah tepat kearah kepalanya. Tidak sopan, gerutnya. 
"Lah kan sudah di kasih tau alasannya. Sudah cepat kalian berdua pergi mengambilnya. nanti minta saja langsung sama istri saya. Dia sudah tau kok. Sebelum nanti mata pelajaran kita habis. Lagi pula nanti juga mau bapak pake untuk mengajar di kelas sebelah. Ini alamatnya".
"Baik pak".
Akhirnya dengan berat hati Anya beranjak bangun dari tempat duduknya. Sadar diri kalau melawan perintah pak Jojo harus mempersiapkan nyawa selusin. Sedangkan dia kan cuma punya satu. ^ ____________^.

She Is My Beiby?!. OMG!!!.

"Kenapa si gue harus pergi bareng sama loe?" Gerut Aldy kesel. 
Langkah Anya langsung terhenti. 
"Aha gue punya ide?". 
"Apa?" tanya Aldy dengan kening berkerut bingung. 
"Karena loe juga nggak mau pergi bareng sama gue. Gimana kalau loe pergi sendiri aja. Gue tunggu loe di kantin. entar kalau loe udah datang loe SMS gue, Baru kita masuk kelasnya bareng. Kan nggak ketahuan tuh".
Reflek Tangan Aldy terangkat menjitak kepala Anya yang memberikan ide kurang ajar itu. 
"Kalau gitu si enak di elo".
"Emang. Lagian di dunia ini siapa si yang mo susah" Balas Anya sambil mengusap - usap kepalanya. 
"Nggak bisa. Pokoknya loe harus ikut".
"Tadi katanya kesel kalau pergi bareng gue".
"Iya. Tapi kalau pergi sendiri lebih ngeselin".
Walau tiada suara protes yang terdengar tapi Mulut Anya maju dua senti sebagai tanda kekeselannya. Namun tak urung keduanya pergi juga menuju ketempat tujuan. 
"Eh loe tau Rumahnya nggak nie?" tanya Aldy sambil terus mengendarai motornya. 
Sementar Anya yang duduk di belakang menatap kertas yang ada di tanggannya. 
"Kalo tempatnya si gue tau. Tapi kalau pas rumahnya yang mana, enggak".
"Ya ela kalau cuma tempatnya gue juga tau kali" ledek aldy manyun. 
"Lagian nanti kan kita bisa nanya. Ribet amat. Inget kata pepatah. Malu bertanya sesat di jalan.
"Ha ha ha. Pepatah jaman batu masih loe pake. Eh non, ini tu udah 2012 kale"
"Apa hubungannya?" tanya Anya heran. 
"Eh tau nggak, menurut ayat Al-Quran surat 51 ayat 47 "Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami lah yang meluaskannya"". Terus menurut Teori Expanding Universe yang di kemukakan pada abad 20, Alam semesta ini terus menerus meluas. Nah begitu juga dengan bahasa kita yang....". 
"Intinya...." Potong Anya cepat. sama sekali tidak tertarik dengan ocehan Aldi yang di nilai nggak nyambung itu. 
"Malu bertanya ya jalan - jalan" Balas Aldi ketus. Merasa kesel penjelasannya di potong sembarangan. 
"Ha ha ha.... Nggak lucu" Ledek Anya tertawa hambar. 
"Emang gue nggak lagi ngelawak".
Anya terdiam tidak membalas. Matanya sibuk mengawasi sekeliling. Bergantian menatap antara rumah - rumah yang berjejer dengan kertas yang ada di tangannya. Sepertinya ini sudah masuk kompleks perumahan gurunya deh. 
“AL, berhenti, kayaknya itu deh rumahnya” Tunjuk Anya kearah rumah bercat kuning. Aldi segera menghentikan motornya. 
“Loe yakin” 
“ Kalau berdasarkan alamatnya si ia. Gak mungkin kah salah alamat Kayak PIN adsense?” Terang Anya berumpama. Tapi aldi sama sekali tidak menanggapi. Ia segera melangkah menuju ke rumah tersebut. Ternyata benar. Setelah segala urusannya selesai keduanya segera balik kesekolah. 

She Is My Beiby?!. OMG!!!.

Sambil terus melangkah menuju parkiran karena memang sudah saatnya waktu untuk pulang, Seperti biasa Aldi terus mengoceh tentang Beiby . Teman chat rutinnya setiap malam. 
“Eh Al, Zahra tuh” Tunjuk Reihan kearah cewek berseragam yang berjalan di depannya. 
Aldi langsung terdiam. Matanya mengikuti telunjuk Reihan. Menatap zahra. Cewek yang diam – diam dikaguminya. Sementara Reihan menghembuskan nafas lega. Selamat dari rutinitas mendengarkan ocehannya tentang beiby yang setiap hari pasti didengarnya. 
“Gila, makin cantik aja tu cewek” Komentar Aldi. 
“Iya, Kapan ya gue bisa jadi pacarnya dia?” Kata Reihan berandai – andai. 
“HA?” Aldi menghentikan langkahnya. “Loe naksir dia juga?”. 
“Memangnya siapa si yang nggak tertarik sama cewek secantik dia?” Reihan balik bertanya. 
“Iya juga si” Aldi tampak mengangguk – angguk. 
“Lagian loe kan sudah punya si beiby” Reihan mengingatkan. 
“Dia kan Cuma pacar pake tanda kutip di chatingan doank”. 
“Terus kalau nyata?”. 
“Tergantung kalau cantik yang gue pacarain juga. He he he”. 
“Hu.... Dasar”. 
“Eh tapi ngomong – ngomong soal beiby. Entar sore loe ikut sama gue yuk. Gue janjian mau ketemuan sama dia. Abis gue juga sudah penasaran banget sama dia. Gimana si wajahnya”. 
“Lho, memangnya loe nggak liat di PP nya dia?” tanya Reihan heran. 
“Ah, Dia pake Gambar kartun imut. Bukan wajah asli”. 
“O...” 
“Jadi loe mau ikutkan?”. 
“O... Gah”. 
“Yah kok gitu si?” 
. “Apa untungnya kalau gue ikut sama loe. Palingan juga jadi obat nyamuk doank”.
“Nggak mungkin. Gue janji deh”. 
“e.....” Reihan pasang tampang sok mikir. 
“Oke, deh. Tapi ada saratnya” 
“Ah elo. Kayak mau kredit motor aja pake persaratan segala. Ya sudah apa”. 
“Karena loe mau nemuin si beiby elo. Gimana kalau zahra buat gue aja”. 
“Ha?” Aldi tampak kaget plus bingung. 
“Maksut gue, loe jangan tertarik sama zahra lagi. Loe kan sudah punya si beiby. Artinya kalau gue jadian sama si zahra loe nggak boleh marah”. 
“Gitu ya?. Ya deh. Toh gue juga nggak mungkin punya kesempatan buta ndeketin dia. Tapi yang penting loe nemenin gue ya?”. 
“Syip” 

She Is My Beiby?!. OMG!!!.

Setelah yakin dengan tampilannya kali ini, Aldi segera keluar dari kamarnya. Dengan mendendarai motornya ia segera menuju kerumah reihan, sahabatnya. Dari sana, ia langsung berboncengan menuju kearah kaffe delima. Tempat yang di janjikan untuk bertemu dengan beiby tadi malam. 
“Loe yakin dia mau datang?” tanya Reihan sambil melangkah masuk beriringan denga Aldi. 
“Yakin donk. Dia juga udah ngasi nomor hapenya tadi malam. Terus barusan gue juga SMS dia. Katanya dia juga sudah datang. Kita di tunggu di meja nomor....” Aldi mentap kesekeliling.”Itu....” Tunjuknya kearah meja nomor 13 dimana tampak seseorang yang duduk membelakanginya. 
“ayo kita samperin” Sambung aldi lagi sambil menarik tangan Reihan agar mengikutinya. 
“Hai” Sapa Aldi begitu sampai pada meja yang di tuju. Yang disapa langsung menoleh. Untuk sejenak Suasana hening. Aldi sendiri justru sibuk keyakinkan dirinya sendiri bahawa ia tidak sedang salah lihat. Masa yang kini ada di hadapannya adalah.... 
“Anya, Loe ngapain ada di sini?” Tanya aldi heran. 
“Gue ada janji. La loe sendiri ngapain”. 
“Tunggu dulu. Jangan bilang kalau beiby itu elo?”. 
Kening Anya sedikit berkerut mendengarnya. Mencoba mencerna kalimat yang barusan didengarnya. 
“Maksutnya loe itu si ‘boy’?” Anya malah balik bertanya. Aldi menelan ludahnya yang tiba – tiba terasa pahit mendengar Anya yang menyebutkan nama chat nya. Kebetulan seperti apa ini. Kenapa jadi kayak sinetron – sinetron. Dia?. Sama Anya?. Nggak mungkin!!!. 
“Oh tentu saja bukan” Mata Reihan sedikit menyipit mendengar kalimat Aldi barusan. Dan mata itu langsung terbelalak lebar ketika mendengar kalimat lanjutan dari mulut sahabatnya itu. 
“Gue kesini itu mau nganterin Reihan. Dia ini si boy. Dan karena di segan untuk menemui beiby sendirian makanya gue temenin. Nah berhubung sekarang kalian juga sudah ketemu, gue tinggal dulu ya?”. 
Tanpa menunggu kalimat balasan apalagi bantahan, Aldy segera ngibrit meninggalkan kedua pasang manusia itu dengan tampang cengonya. Begitu sampai diluar is segera menuju kearah motornya. Menenangkan diri untuk sejenak. 
“Ya ampun. Ini benar – benar sudah seperti sinetron. Masa bisa kebetulan begini. Mana sama si Anya lagi. Benar – benar kacau” Gumam Aldy sendiri. 
Dilirknya jam yang melingkar di tangga sambil mencoba melongok kearah kaffe. Tapi karena tadi mejanya kebetulan berada di bagian dalam ia sama sekali tidak bisa melihatnya. Hanya saja karena ia merasa sedikit bersalah pada Reihan makanya ia memutuskan untuk menunggui makhluk itu. Lagipula ia yakin Reihan tidak mungkin betah berlama –lama di sana. 
Sambil menunggu di keluarkannya hape dari dalam saku bajunya.Mengetikan beberapa patah kata untuk mengabarkan keadaan pada Reihan. Tapi balasan dari Reihan justru malah membuat keningnya sedikit berkerut. 
"Al, loe yakin loe nggak mau kencan sama si beiby?” 
“TENTU SAJA TIDAK”! balas Aldy segaja menuggunakan capslock untuk lebih memastikan. 
“Kalau gitu, gue yang kencan sama beiby loe nggak keberatan kan. Ternyata dia orangnya beneran asik” 
Kening Aldy berkerut membacanya. Apa mungkin ia salah baca. 
“Ya udah, ambil aja” Balas Aldy tanpa pikir panjang lagi. 
“Inget lho. Loe nggak bisa narik kata – kata loe balik”. 
“Ya!!!” balas Aldy singkat. 
“Ya udah kalau gitu, loe nggak usah nunggu gue lagi. Loe pulang aja duluan”. 
Setelah membaca kalimat balasan barusan Aldy segera memasukan kembali hape kedalam sakunya. Tepat saat ia akan menstater motornya matanya menagkap sosok Anya yang melangkah keluar sendirian. Saat gadis itu lewat di sampingnya tanpa pikir panjang mulutnya telah terbuka untuk menyapa.
“Anya?” 
Merasa dirinya di panggil Anya langsung menoleh.
“Lho Adly, katanya loe mau pulang. Kok masih di sini?” tanya anya heran.
“Loe sendiri?. Bukannya Reihan bilang kalian mau kencan. Kok loe malah pergi sendiri?” bukannya menjawab Aldy malah balik bertanya.
“Ha ha ha. Gue?. Kencan Sama Reihan. Enak aja. Memang apa urusannya?”.
“Tapi Reihan sendiri yang bilang kalau dia mau kencan sama loe. Kalo nggak percaya liat aja ndiri” Aldy ngoto sambil menyodorkan hapenya tepat kearah Anya. Aldy makin bingung saat mendapati anya justru ngakak setelah memabaca pesannya. Memangnya ada yang lucu.
“Eh Al, Reihan bilang di mau kencan sama Beiby. Bukan sama gue?”.
“Bukannya loe itu beiby?” Tanya Aldy masih binggun.
“Gue nggak pernah bilang tuh. Loe aja yang asal nebak. Gue itu sama aja kayak loe lagi. Datang ke sini Cuma buat nemenin. Tadi itu kebetulan dia lagi ketoile. Nah karena sekarang si ‘Beiby udah ketemu sama si ‘boy, ya sudah gue pulang” Kata Anya ringgan sambil bersiap=siap untuk berlalu.
“Tunggu dulu. Kalau loe bukan beiby, Jadi beiby siapa donk?” Tanya Aldy yang tiba – tiba merasakan firasat tidak enak. Sementara anya yang ditanya hanya anggkat bahu sambil tersenyum simpul. Tanpa menjawab ia segera berlalu meninggal Aldy yang masih terbengong.
Seolah menyadari sesuatu Aldy segera membatalkan niatnya untuk pulang. Dengan cepat ia kembali melangkah masuk kedalam kaffe. Mengedarkan pandangan kearah meja yang seharusnya menjadi tempat pertemunnya dengan teman chatnya selama ini. Mulutnya terbuka tanpa suara, matanya melotot seolah bola matanya akan keluar. Sama sekali tidak mempercayai siapa pasangan yang tampak bercanda disana. Dan ia hanya mampu meratap dan menjerit sekeras – kerasnya dalam hati.
“ZAHRAH IS MY BEIBY???!!!. OMG....!!!!” 
Endingnya gaje?....Ah kalau si merya yang menulis si sudah biasa..... ha ha ha......
»»  
Kamis, 16 Agustus 2012

  Hujan turun begitu deras saat bunda pergi kedalam pelukan-Nya. Air mata tak bisa berhenti mengalir seperti hujan yang tak henti jatuh , saat kulihat wajah bunda yang tersenyum damai. Aku terus menatap mata bunda, mata yang selalu membuat diri ini tersenyum, tapi senyuman ku sekarang terkunci rapat. Hanya tangisan dan teriakan yang menyebut “BUNDA”. Seseorang yang tak a sing lagi datang menghampiriku seseorang yang dulu menggoreskan luka dihatiku dan yang lebih menyakitkan dihati bunda. Seseoranng itu adalah Ayahku sendiri yang meninggalkan kami disaat bunda sedang sakit gara-gara wanita yang membuatnya buta. Aku tak ingin dia menatap wajah bunda yang begitu suci tak ingin wajah bunda yang begitu damai bertemu dengan lelaki seperti dia yang telah membuat bunda semakin parah penyakitnya dan sampai bunda dibawa oleh yang di atas.

“pergi kamu jangan dekati bundaku”teriakku menghalangi tubuh bunda yang sudah kaku.
“tasya maafkan ayah ”dia berusaha memelukku tapi aku melepaskan pelukan itu
“ayah? ”aku tertawa kecut
“ayahku sudah mati, mati karena wanita lain sekarang aku anak yatim piatu. Anda puas”aku membentak dengan tangisan yang tak bisa dibendung.
“tasya sudahlah biarkan ayahmu melihat bundamu”ujar bibiku.

“tasya tak rela kalau orang ini melihat wajah bunda yang begitu damai, tasya tak mau bunda menangis bibi ”aku semakin menangis. Tubuhku lemas, dan “BRUGGG” tubuh lemahku terjatuh pingsan.
Aku melihat bunda begitu sehat tersenyum indah padaku memakai baju putih yang indah disebuah padang ruput yang hijau, aku berlari dengan senyuman. Tapi bunda semakin menjauh, aku mulai gelisah dan terus berlari tapi bunda terus menjauh aku mulai menangis dan aku terbangun , itu hanya mimpi. .
“tasya. . . kamu sudah sadar”Tanya bibiku
“bunda dimana?”tanyaku pada bibi. Dia memelukku dengan tangisannya
“tasya ibumu sudah dimakamkan, tasya kamu harus kuat dalam menjalani cobaan hidupmu. Bibi yakin kamu pasti bisa melewati ini semua”Bibi menangis membasahi bajuku. Aku tterdiam sekarang aku sendiri bunda sudah ada dalam pelukan-Nya. Maaf bunda Tasya tak bisa mengantar bunda . aku menangis bersama pelukan Bibi.

***
Sudah seminggu setelah bunda pergi, aku menjadi pendiam tak ada senyuman lagi dimulutku ini, tak ada keceriaan yang tampak diwajahku yang ada hanya kesedihan. Di sekolah aku menjadi penyendiri walau sahabat-sahabatku selalu menyemangatiku tapi itu tak bisa merubah segalanya.
“Tasya kamu mau ikut aku ketemu dengan Nugi, dia bawa temannya yang menurutku dia baik. Ayolah Sya ikut aku ya” ujar temanku yang menarik-narik tanganku.
Aku menghela napas “hah”.

“maaf Nita aku gag bisa, aku lagi gag mood”ujarku dengan wajah murung
Dia menarik tanganku.

“pokoknya kamu harus ikut, mereka nunggu kita di taman ” Nita memaksaku ikut , ya apa boleh buat aku pun mengikuti keinginannya.
Kita sudah sampai ditaman di tengah sekolah kami.
Terlihat dua orang pria yang tersenyum pada kita. Ku lihat Nita sangat senang bertemu sang pujaannya.

“hay maaf ya lama nunggunya”.
“kenalin ini temanku Tasya imutkan ?”
Mereka tersenyum
“hay aku Nugi pacar Nita”senyumnya sambil memberikan tangannya padaku
“tasya”ujarku yang tersenyum terpaksa

“aku Yudis temanya Nita dan Nugi”senyumnya yang juga memberikan tanganya
“tasya”kami pun bersalaman. Aku seperti orang bodoh berada ditengah tengah orang yang sedang saling jatuh cinta, aku iri nita tertawa lepas .sedangkan aku hanya diam tak ada yang bisa buat aku tersenyum seperti nita. Yudis mendekatiku dan memberikan selembar kertas yang berisi puisi
Arti Hidup
semuanya terasa begitu hamoa
tak ada lagi klasih sayang yang kurasakan
ini begitu sulit ini begitu asing bagiku
»»  


Hujan turun saat aku sampai di Bandara Soekarno Hatta. Aku duduk di kursi tunggu, menunggu Papa menjemputku. Sekitar sejam lebih aku menunggu. Aku juga tampak bosan. Akhirnya kuputuskan untuk berjalan keliling Bandara. Saat akan berdiri, tiba-tiba ada yang memegang pundakku. Aku langsung berbalik badan. Kulihat lelaki seumuran denganku tersenyum ramah kepadaku. “Mbak Vega ya?” tanyanya ramah. Kemudian aku mengangguk menjawab pertanyaan itu. “Saya supirnya Pak Broto, maaf lama menunggu, Jakarta macet, Mbak. Mari saya anter ke mobil” ucapnya lagi. Kemudian lelaki itu berjalan duluan kearah parkiran diikuti denganku.

Sesampainya di rumah, Mama dan Papa menyambutku dengan gembira. Bukannya aku tidak senang, tapi kali ini aku benar-benar capek. Perjalanan Amerika-Jakarta cukup membuatku lelah. Duduk berjam-jam membuatku ingin segera berbaring di kamar. Mama dan Papa mengerti dan segera mengantarku ke kamar tidurku dulu. Kemudian mereka segera pergi dan menyuruhku istirahat penuh. Kulihat kamarku ini tidak berubah. Hanya sprainya saja yang berubah warna. Tiba-tiba, aku ingat lagi wajah lelaki yang mengaku supir Papa itu. Umurnya padahal sama denganku, tapi kenapa dia malah bekerja? Apa dia tidak kuliah? Tapi kenapa? Apa dia tidak punya uang?, aku terus bertanya-tanya dalam hati.

Tiba-tiba saja aku melihat lelaki itu dari dalam kamar. dia sedang ada di halaman samping rumahku. Tawa lelaki itu... mengingatkanku pada seseorang saat kecil dulu. Tapi siapa? Apa mungkin aku saja yang terlalru berlebihan? Kenapa juga aku melihat lelaki itu? Tidak menarik sama sekali! Ucapku dalam hati. Kemudian aku menutup gorden jendela kamarku dan berbaring di kasurku yang empuk. Tiga bulan lagi aku akan kembali ke Amerika. Hemm, waktu itu terasa sangat singkat. Aku masih kangen sekali dengan Indonesia. Aku pun memejamkan mata dan tidur.

Dua bulan berlalu dengan begitu cepat. Aku dan supirku, yang bernama Roni, kini juga semakin dekat. Ternyata Roni ini orang yang sangat asik untuk diajak ngobrol. Dia berilmu pengetahuan yang luas. Bahkan ada yang aku tidak tahu, tapi dia tau. Semakin lama aku mengenalnya, semakin nyaman aku ada disampingnya. Setiap dekat Roni, aku merasa memang sudah kenal dekat dengannya. Sampai akhirnya, aku tahu bahwa aku jatuh cinta pada supirku sendiri. Tapi aku merasa aku tidak salah menyukainya. Karena aku selalu merasa dekat dengannya dari dulu. Jauh sebelum aku di Amerika. Ada apa ini?

Hingga malam itu, Roni pamit pulang kampung karena ibunya sakit keras. Karena bosan di rumah, akhirnya aku meminta orangtuaku mengijinkan aku ikut dengan Roni ke kampungnya. Aku ingin menikmatik pemandangan disana. Karena Roni bilang, di kampungnya masih banyak hamparan sawah. Tadinya Mama tidak mengijinkanku. Dia takut aku kenapa-napa. Tapi, setelah aku bilang Roni akan menjagaku, akhirnya Mama setuju. Aku pun akhirnya ikut Roni ke kampungnya.

, tapi ak

Sekitar jam lima pagi aku sudah sampai dikampungnya Roni. Baru jam lima saja, banyak penduduk yang sudah beraktifitas. Kebanyakan petani sudah mulai turun ke sawah. Benar sekali. Kampung Roni benar-benar indah pemandangannya. Mataku ini disajikan pemandangan alam yang luar biasa. Tiba-tiba aku teringat, sepertinya dulu aku pernah melihat pemandangan seperti ini. Setelah kupikir-pikir, mungkin itu hanya bayanganku saja.

Rumah Roni, sama dengan rumah penduduk lainnya. Tidak kecil dan tidak besar. Saat disuruh menemui ibunya, aku lebih memilih untuk duduk di teras rumahnya. Adik perempuan Roni segera membuatkan minuman untukku.

“Mbak ini siapa?” tanya adik Roni itu. “Saya majikannya Roni”jawabku ramah. Adik Roni hanya berOh kemudian masuk ke dalam rumahnya. Roni bilang hanya seminggu kita disini. Sebenarnya, aku ingin sekali berlama-lama disini tapi, itu tidak mungkin. Roni tidak bisa meninggalkan kuliah dan pekerjaannya. Aku juga tidak mungkin meninggalkan Mama dan Papa. Tujuanku kembali ke Indonesia kan bukan untuk ini. tujuanku untuk oragtuaku. Tapi sekarang, aku malah meninggalkan mereka lagi. Tapi tidak apa-apa, walau begitu aku senang berada di kampung Roni ini.

Setelah beberapa hari disini, aku jadi semakin akrab dengan Roni. Dia mengajakku bertani, mengambil air di sumur, memeras susu sapi dan lain-lain. Aku juga semakin terbiasa dengan pekerjaan itu. Melihat Roni.. aku kembali melihat masa kecilku yang.. aku juga sebenarnya tidak ingat dengan masa kecilku dulu. Tapi sepertinya, aku sudah tidak asing lagi dengan semua ini. Roni, ibunya, kampung ini, kegiatan-kegiatan ini.. benar-benar tidak asing bagiku. Aku sendiri juga bingung dengan apa yang kurasakan. Apa sebenarnya ini? tanyaku dalam hati.

Sekarang adalah hari terakhirku dan Roni ada di kampung ini. malamnya, Roni mengajakku ke suatu tempat. Tempat itu.. juga tidak asing bagiku. Danau dengan berjuta kunang-kunang ini, sangat jarang ditemukan di Jakarta. Malah aku yakin, tidak ada tempat seindah ini di Jakarta. Kemudian Roni membawaku ke sebuah pohon yang besar. Pohonnya terlihat sudah berumur. Disana ada tulisan Roni Dan Vega Forever. Aku terkejut dengan ukiran tulisan itu. Aku tidak pernah mengukir nama itu di pohon. Sama sekali tidak pernah. Tapi, kenapa ada tulisan itu? Namaku dan Roni? Ada apa sebenarnya ini?

Kemudian Roni mengajakku duduk di sebuah batu besar. Roni memulai percakapan.

“Kamu tau kenapa ada tulisan nama kita di pohon itu?”tanyanya sambil menunjuk kearah pohon besar tadi. Aku hanya menggeleng bingung.

“Dulu.. waktu kita kecil, kamu pernah tinggal disini. Pak Broto adalah juragan sawah disini. Sawah yang kamu liat itu.. sebenarnya kebanyakan punya kamu. Saat kamu SMA, kamu dan keluargamu pindah ke Jakarta. Mungkin Pak Broto ingin anak semata wayangnya ini sekolah sebaik mungkin. Makanya dia pndah ke Jakarta” jelas Roni. Aku semakin bingung dengan penjelasan Roni.

“Waktu kita SMP, kita ngukir nama kita di pohon itu. Dan di tempat inilah pertama kita bertemu dan berpisah. Aku yakin, aku mikir kampung ini tidak asing lagi bagi kamu kan? Karena kamu pernah ada disini” sambung Roni. Aku hanya menganga kaget mendengar ucapan Roni.

“Tapi, kenapa aku nggak bisa nginet masa kecil itu? Kampung ini emang nggak asing lagi bagi aku, tapi aku nggak bisa inget tempat ini, Ron” tanyaku bingung pada Roni. Roni tersenyum padaku.

“Waktu kita kelas tiga SMP, sesuatu terjadi sama kamu. Kamu kecelakaan dan dokter bilang, kamu nggak bisa nginget masa yang udah dulu banget. Aku sedih banget, Ga. Karena aku itu kan masa lalu kamu dulu. Apalagi saat aku tau ternyata kamu sekolah di Amerika. Saat itu.. aku bener-bener ngerasa kehilangan kamu. Sampai akhirnya aku ke Jakarta dan kerja di rumah kamu. Disana aku selalu liat foto-foto kecil kamu. Mama kamu juga majang foto saat kita berdua. Kita berpelukan sambil tertawa. Kita bahagia waktu itu” jawab Roni tersenyum bahagia.

Aku mulai ngerti dengan semua ini. roni.. pantes saja aku sudah tidak asing lagi dengannya. Ternyata.. dialah teman baikku sejak kecil. Kemudian aku tertawa. Mengingat betapa culunnya pasti aku saat mengukir tulisan di pohon itu. Kita berdua masih belum mengerti sama sekali apa arti tulisan itu.

“Setelah pindah, aku juga ngerasa ada yang hilang, Ron. Sampe sekarang pun, aku nggak pernah pacaran sama orang lain. Karena aku belum nemuin cinta aku. Tapi... setelah dekat kamu, ternyata aku nyaman. Dan ternyata.. kamu cinta aku, Ron” ucapku malu-malu. Kemudian Roni memelukku. Pertama aku kaget dengan pelukan itu. Tapi, pelukan itu yang selama ini aku nantikan.

Dua bulan lebih, aku berada di Jakarta. Setelah pulang dari kampung, aku menceritakan semuanya pada Mama dan Papa. Mereka berterima kasih pada Roni karena telah mengingat kembali masa yang telah hilang dari ingatanku. Akhirnya mereka bersedia menanggung biaya kuliah Roni dan menyuruh Roni fokus pada kuliahnya saja. Biaya berobat ibuya juga ditanggung denga orangtuaku. Aku dan Roni juga semakin dekat.

Hingga akhirnya, aku harus kembali ke Amerika. Sedih hatiku meninggalkan semuanya termasuk Roni. Sahabat baikku dari kecil itu... aku harus meninggalkannya. Tiba-tiba aku merasa separuh hatiku hilang lagi. Meninggalkan Roni.. bukan ini yang ku mau. Tapi apa dayaku? Meninggalkannya memang sudah harus kulakukan. Aku sendiri yang meminta meneruskan study di Amerika.

Roni dan kedua orangtuaku mengantar aku sampai Bandara Soekarno Hatta tempat pertama kali aku bertemu Roni dulu. Tangisan sudah pasti menghiasi suasana hari itu. Aku juga memeluk Roni. Aku benar-benar tidak ingin berpisah darinya. Tapi.. yasudahlah.

“Nanti kita ketemu lagi kan?” tanyaku pada Roni.

“Pasti! Aku janji sama kamu, aku nggak akan khianati cinta kita berdua” jawab Roni sambil membelai rambutku. Kemudian aku memeluk Roni lagi. Maaf Roni, untuk ingatan lupaku padamu dulu, ucapku dalam hati sambil menitikkan air mata.

Dua tahun di Amerika, aku jadi benar-benar kangen sama Roni. Kira-kira sedang apa dia disana? Akhirnya aku putuskan untuk menulis surat padanya. Berharap dia akan cepat membalas surat kangenku ini padanya.

Dear My Love,

Roni

Kamu apa kabar disana? Aku harap kamu baik-baik aja ya.

Ron, sumpah aku kangen banget sama kamu. Aku harus nunggu dua tahun lagi supaya bisa ketemu kamu, Ron. Kamu belum ingkarin janji kamu kan? Janji yang bilang kamu nggak akan khianati cinta kita. Aku disini akan selalu sabar nunggu waktunya tiba. walaupun, saat awan disini kelabu dan disana terang, aku pasti akan selalu ingat kamu. Dan walaupun tanah yang kita pijak berbeda, kita akan tetap bersama kan?

I miss you so Roni. Jaga kedua orangtuaku ya.

Love you

Vega
»»  
Selasa, 14 Agustus 2012

Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego. 

Tiap kali aku makan, wajah dia tuh selalu muncul, ngebayang-bayangin tiap langkah aku ke sekolah, dia tuh bagaikan bintang untukku, slalu nemenin tokoh 'aku' dalam mimpi aku. Sebenernya sih dia tuh temen chattingan facebook aku, dia tuh slalu ada kalau aku lagi sedih, ada masalah, juga kalau aku seneng, dia slalu ada buat jadi tempat berbagi kesenangan.  

"Braakkkk!" suara itu kedengaran amat menyeramkan, dan setelah kusadari, ternyata aku terjatuh dari ayunan yang sedang kunaiki. Ya ampun, aku ngelamunin dia lagi... Apa yang terjadi sama aku? Masa aku baru aja ngelakuin hal bego kaya gitu? Hal yang mungkin ngebuat orang lain ngakak di atas penderitaanku. 

"Awww.... Sakit banget kaki aku..." sebenarnya aku tau di taman ini ga ada orang lain selain aku, tapi kok aku ngerasa ada suara ketawa yang kejam? Hiiyyy, jangan-jangan....... 

"Huaaaa", aku berteriak kencang saking kagetnya. Baru kali ini aku denger suara hantu, ternyata suaranya tuh kaya manusia banget yah.  

"Ya ampunnn, ini Kayla? Ahaha, aku ngga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini, Kay", kata suara itu. Haaaaa..... Salah apa aku bisa ketemu hantu di sore hari yang indah ini, ternyata hantu itu serba tau yaaa, masa dia juga tau nama aku, terus ya iya dia seneng bisa ketemu manusia bernama Kayla ini di taman terus nakut-nakutin dia, sementara aku...? 

'Tuhan tolongin aku Tuhan, bawa aku ke tempat yang aman, ke atas pohon boleh deh, asal aku ga usah ngeliat ni hantu gitu, ngga usah tatap muka sama diaaa.... Aku takut hantu....', doaku dalam hati. Tapi kayanya itu cuma jadi mimpi soalnya aku masih di bawah pohon, di deket ayunan kuning ini.... Suara langkah kaki itu semakin deket lagi... 

"aaaaaaa, jangan bunuh aku, mas hantu, aku masih belom punya pacar, masih banyak dosa sama mama sama papa... Pleaseee dong mas hantu, biarin aku hiduppp", teriakku sejadi-jadinya.  "Hahahahaha Kaylaa-Kaylaa... Kamu tuh yaa ngga di dunia asli, ngga di chat, sama aja: PENAKUT! Hahaha, ini aku, Mike..." kata suara itu... 'Mike siapa' kataku dalam hati.... 'Mike??? Hah, cowo itu? yang sedari tadi aku pikirin? Cowo yang ngebuat aku jatuh memalukan dari ayunan? hahaha, ngga mungkin ah', kataku sembari membalikkan tubuhku ke arah suara itu berasal. Hwaaa, wajah itu membuat hatiku bergetar hebat. 

Ternyata itu beneran Mike ya Tuhan!  Seketika lidahku tak bisa berkata-kata, 'kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku', gitu kalo kata sm*sh! aduh apa apan aku ini, di saat seperti ini aku masih bisa mikirin boyband asal Bandung favoritku itu... kembali lagi dong ke dunia nyata. "Hah, kamu beneran Mike?" kataku, memandang wajah dia yang berdiri di sebelahku sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri. 

"Ya iyalah emang kamu mikir aku ini hantu yang tau nama kamu? Hahaha", kata Mike seolah dapat membaca pikiranku. "Hehehe, ya kirain sih", kataku, menyambut uluan tangannya.  Baru kali ini aku melihat wajah aslinya, ternyata lebih cakep dari fotonya, ngebuat hati aku cenat cenut. 

Kami mengobrol banyak di taman sambil menikmati matahari yang dengan malu-malu ke tempat asalnya. Senja itu, aku benar-benar ngerasain apa yang namanya indahnya jatuh cinta. Setelah mengobrol begitu lamanya, kami berpamitan, oiyah sekarang aku tau, dia pindah ke blok sebelah rumah aku. Aku jadi tetanggaan sama dia, senangnya :D. Kami lalu pergi ke rumah Mike untuk Mike kenalkan sama keluarganya yang sering dia ceritakan di chat ym ke aku.    

Mike pindah dari Jakarta ke Bandung, katanya sih papanya tugas kerja di Bandung. Dia tinggal sama keluarganya, yang barusan dia kenalin ke aku, Oom Anwar, Tante Rosa, dan adik perempuannya yang cantik, Mary. Mike sekolah di sekolah yang beda sama aku. Hari-hari berikutnya kujalani dengan senyuman yang menghiasi wajaku, menganggap bahwa semua hal buruk di dunia ini takkan berarti apa-apa bagiku, asal aku bisa liat wajah dia, wajah Mike setiap hari... 

Sekarang Mike sudah menjadi sahabatku yang selalu ada di sampingku tiap aku ada masalah, dia selalu ngehibur aku.Semuanya jadi indah, sampai pada suatu hari, dia cerita ke aku tentang seorang cewe yang udah ngebuat hati aku sedih. Mike suka sama cewe itu, dan akhirnya setelah 3 bulan PDKT atau pendekatan, mereka jadian.  

Aku ngga kuat kalo harus terus begini, aku harus ngomong sama Mike tentang perasaanku sebenarnya, sebelum aku dibuat gila sama perasaan cinta sama sahabat sendiri. Bahkan, sebelum kami sahabatan, cuma sebagai temen di dunia lain selain dunia nyata, yaitu dunia maya, yang ga pernah tatap muka sebelumnya, aku udah suka sama dia... Ya, kalo perasaan ini terus-menerus dipupuk kaya gini, apalagi dengan sikap baik bangetnya itu, sikap perhatian itu, aku ngga mungkin ngga cinta sama dia... Rasa cinta ini terus menerus tumbuh, semakin besar dan semakin besar. Kalau aku ngga ngomong, bukannya aku seneng, tapi malah tersiksa sama perasaan ini.  Sampai pada suatu sore yang cerah, saat kami sedang ngobrol di taman kompleks sambil menatap awan yang terus menerus bergerak, aku menceritakan semua tentang isi hatiku, apa yang aku rasakan sama dia, dari kapan perasaan itu muncul, dan berbagai macam kalimat lain yang gatau kenapa langsung meluncur dari lidahku. Aku juga heran kenapa dia ngga kaget sama apa yang aku katakan. 

Dia tetap tersenyum manis sambil mendengarkan aku bicara tentang perasaan terlarang ini. Setelah selesai semua beban di hatiku ini. "Mike, kok kamu malah senyum-senyum sih? Emang sih ceritaku tuh novel banget, tapi harus kamu tau, ini tuh kejadian sebenernya!", kataku. 

"Ngga kok, Kay, aku seneng kamu mau jujur sama aku, aku seneng kamu mau jadi the one yang mau tulus cinta sama aku... Ehm, sebenernya aku malu banget ngomong ini sebenernya. Aku juga suka sama kamu, Kay. Dari kita ketemu di chat ym, aku juga udah suka sama kamu, aku berusaha supaya jadi yang terbaik buat kamu. Tapi aku udah putus harapan, soalnya kamu tuh ngga ngasih respon ke aku", jelas Mike. 

"Hah? Kalau kamu juga suka sama aku, kenapa kamu jadian sama Lila? Kenapa kamu malah ngebuat hati aku tambah sakit, Mike setelah aku tau kejadian yang sebenarnya."  

"Sebenernya, Lila yang aku ceritain ke kamu itu, dia adik aku, aku cuma mau tau, apa kamu cemburu sama Lila atau ngga. Ternyata kamu cemburu yah, hehehe", canda Mike, tapi aku kira ini janggal dan ngga lucu! "Mike, bukannya adik kamu namanya Mary? Kok kamu ganti jadi Lila sih?", tanyaku penasaran.
"Yah, namanya kan Delila Mary Wijaya, nama belakangnya sama kaya aku: Michael Stefan Wijaya. Hehehe, maaf banget kalau aku udah bohongin kamu, Kayla." 

Mike membuat aku yang tadinya kesal bercampur senang merasa sedikit tenang.  

"Jadi?" kata Mike. "Jadi, apa aku boleh jadi cowo yang bisa ngelindungin kamu, Kay?", sederhana, tapi udah buat aku melambung tinggi, bagai terbang di atas awan. 

"Aku mau, Mike jadi cewe yang bisa ngertiin kamu", jawabku sambil tersenyum. Kami baru saja jadian dan aku sangat senang akan hal itu. Menikmati senja di dekat ayunan tempatku pertama bertemu dengan Mike, dengan suasana yang sama: langit senja berwarna merah keunguan membuat hatiku tentram. Ternyata, sahabat juga bisa jadi cinta.
»»  
Minggu, 12 Agustus 2012

Pagi itu aku sangat terburu-buru karena aku harus segera berangkat ke sekolah dan berada di sekolah tepat pukul 07.00 pagi sedangkan kalau tidak,gerbang sekolah akan di tutup dan aku bisa dihukum membersihkan WC sekolah yang baunya luar biasa menyengat. Hari itu,aku bangun kesiangan, penghuni rumah tak ada yang membangunkanku dan Sialnya lagi aku malah bangun pukul 06.30 pagi,semua ini pasti gara-gara semalam aku menonton film horror kesayanganku! Langsung saja setelah aku bangun dari tempat tidurku, aku bergegas ke kamar mandi. Sehabis mandi,ku pakai seragam yang sudah ku setrika tadi malam dan memasukkan buku-buku pelajaran sesuai jadwalnya. Tak sempat ku bereskan kamar tidurku yang berantakkan,aku pun langsung menuju ruang makan yang berada diantara dapur dan ruang tamu. Disana ku jumpai ayah,ibu dan adikku yang sedang sarapan bersama. “ kok ngga ada yang bangunin aku sih? Jadinya kesiangan kan akunya” sambil memasang muka cemberut “ masa tidur saja harus dibangunkan sih nak? Manja saja kamu ini” “
aku kan minta dibangunin masa di bilang manja” jawabku agak kesal “ yasudah jangan di bahas,cepat sarapan nanti perutmu sakit”jawab ibu singkat “ tidaklah bu,aku mau buru-buru berangkat sekolah. Aku harus berada disana tepat pukul 07.00 pagi. Nah sekarang sudah pukul 06.49,aku harus segera bergegas karena kalau tidak,nanti aku bisa kena hukuman suruh membersihkan WC” sambil menengok ke arloji yang ku pakai “ yasudah hati-hati ya?” “iya,asalamua’alaikum bu,pa” sambil mencium tangan ibu dan bapak Jarak sekolah dari rumahku cukup dekat,jadi aku berangkat dengan berjalan kaki. Biasanya aku sering berangkat ke sekolah bersama temanku devi.
Mungkin karena hari ini aku kesiangan jadi ia berangkat duluan. setengah jalan perjalananku menuju sekolah, seseorang memanggilku “ aliiiiif”teriaknya. langkah aku pun terhenti dan menolehkan kepalaku kebelakang. Ternyata sista,ia teman sekelasku “ kok tumben berangkat sekolahnya siang? Biasanya kan pagi-pagi sekali kamu sudah ada di sekolah?”tanyanya sambil melanjutkan perjalanan denganku “ semalaman aku menonton film horror,jadi paginya aku bangun kesiangan” “ wah memangnya film horror apa? Sampai-sampai kamu rela tidur sampai larut malam” “ bangku kosong? Kamu tau kan?” “ ngga” “ ah payah” “ ngga juga. Lagian, film horror itu bukan kelasku”ujarnya dengan sedikit sombong “ oh iya,kelas mu kan film anak-anak yah?haha”balasku dengan ledekan “ ngga juga yey,masa suka sama filmnya anak-anak.huh” “ hahah” “ eh nomong-ngmong kamu liat film horror sampai jam berapa sih?” “ sampai jam 2 pagi. Memangnya kenapa?” “ pantas saja matamu punya kantung mata,haha” “
Wah benarkah?” “ benar kalau tidak percaya bercerminlah” “ ah lagi pula aku hanya begadang malam kemarin saja. Malam ini,esok dan seterusnya aku tak akan begadang lagi” Dalam perjalanan kami terus saja berbincang-bincang membincarakan banyak hal,walaupun aku tahu memang kalau dalam perjalan itu tidak boleh sambil mengobrol. Kita sebagai pejalan kaki harusnya mematuhi peraturan di jalan raya dan harus memakai etika berjalan kaki. Yah,begitulah yang di ajarkan oleh guruku.namun,kurang asik rasanya kalau dalam perjalanan itu tidak ada yang ngajak ngobol,perjalanan terasa sangat melelahkan tanpa sebuah obrolan,haha. Tapi obrolan kami ini bukan gossip untuk membicarakan kejelekan seseorang. Obrolan kami ini positif ajah kok,hehe. Tak terasa akhrinya sampai juga di gerbang sekolah. Ibu guru kesiswaan menyapa kami berdua “selamat pagi anak-anakku” sapa bu indah “ pagi juga bu” jawab kami kompak sambil menjabat dan mencium tangan ibu indah yang cantik namun galak itu. Setelah bersalaman,kami pun masuk kedalam. Namun,setelah beberapa langkah melewati ibu indah tiba-tiba ibu indah memanggilku“alif abdiyah” “ aku pun berhenti dan membalikkan badanku kebelakang,tepatnya kearah dimana ibu indah berdiri” “ kemarilah nak” bingung juga,kenapa harus aku yang di panggil? Padahal aku tak melakukan kesalahan apa pun,rok ku panjang dan bajukku tidak di keluarkan. Tapi sebagai orang yang tidak bersalah, dengan beraninya aku pun menghampiri bu indah yang sedari tadi berada di depan pintu gerbang berdiri tegak seperti pak sapam. Setelah berada di depan bu indah “ iya bu,ada apa ya memanggil saya?” “ apakah resletingmu rusak?” mendengar pertanyaan ibu indah,aku pun terkejut “hah?memangnya kenapa bu?” dengan muka yang memerah “ lihatlah resletingmu terbuka” Dengan menahan muka yang sangat malu, langsung ku naikkan resletingku dan kembali masuk menuju kelas sementara itu,ibu indah yang melihat resletingku terbuka tertawa dengan kencangnya. Huffh,tak menyangka juga guru segalak bu indah bisa tertawa dengan sekencang itu,tentu saja yang bisa membuatnya seperti itu hanya aku,haha. Tetapi,untunglah yang tahu hanya aku dan ibu indah saja. Kalau teman-temanku tahu,mungkin itu akan menjadi bahan ejekan mereka untuk mengejekku.



.
»»  

Translate

waktu

Facebook



Chat fb warna

buku tamu